Eksisi Kista Brankialis Medical Presentation

Eksisi Kista Brankialis PowerPoint Presentation

DOWNLOAD MEDICAL POWERPOINT PRESENTATION

About This Presentation

Description : Download Free Eksisi Kista Brankialis medical powerpoint (ppt) presentation for your medical ppt presentation

Tags : Cyst

Published on : Sep 04, 2018 | Views : 1917 | Downloads : 3

Shareable Url :

Embed Code :

Comment

lolliwels

perfect!

Transcript

Slide 1-

EKSISI KISTA BRANKIOGENIK Hariono / dr. R. Yoga Wijayahadi, Sp.B-KL
Slide 2-

Pendahuluan Istilah ''kista celah brankial'' mengacu pada lesi yang dapat dianggap identik dengan kista limfoepitelial colli. Kista brankiogenik, meskipun relatif jarang terjadi, adalah penyebab terbesar kedua patologi kongenital kepala dan leher. Ascherson (1832), dalam bukunya ''Branchial Theory'', menduga bahwa kista brankiogenik berasal dari obliterasi inkomplit dari mukosa celah brankial, yang dorman tetapi tetap aktif hingga mendapat rangsangan untuk tumbuh, menghasilkan formasi kista. Kista brankialis bukan penyakit keganasan.
Slide 3-

Anatomi dan Embriologi Pada minggu ke 4-8 gestasi, empat pasang arkus brankialis terbentuk. Kista brankiogenik terbentuk akibat kegagalan regresi dari struktur embrionik tersebut. Arkus pertama membentuk mandibula, processus maksilaris, auricula eksterna, sebagian tuba Eustachius, dan cavum tympani. Sebagian besar dari kelainan arkus brankialis berasal dari arkus kedua, yang membentuk fossa tonsilaris, dan tonsila palatina. Kelainan pada arkus ketiga dan keempat sangat jarang terjadi. Eksternal opening pada arkus ketiga biasanya pada tepi anterior sternocleidomastoideus setinggi klavikula.
Slide 4-

ppt slide no 4 content not found
Slide 5-

Penyebab terjadinya kista brankial masih belum jelas, terdapat 4 teori terjadinya kista brankial: Teori aparatus brankial, kista terjadi karena tidak selesainya obliterasi dari celah brankial, arkus brankial, dan kantong brankial. Teori sinus servikal. Terjadi dikarenakan sisa sel dari sinus servikal, yang mana terbentuk dari pertumbuhan arkus brankial kedua menuju arkus brankial lima. Teori duktus thimopharingeal. Kista terjadi karena adanya sisa hubungan antara thimus dan kantong brankial ketiga. Teori inklusi. Kista ini merupakan inklusi epitel pada kelenjar limfe, banyak mengandung jaringan limfoid pada dindingnya dan dapat ditemukan pada glandula parotis dan faring. Anatomi dan Embriologi
Slide 6-

Kista celah brankial pertama Celah brankial pertama berkembang ke dalam saluran pendengaran eksternal, mengantong ke dalam rongga telinga tengah, sel-sel mastoid dan tuba eustachius. Kista celah brankial pertama dibagi menjadi tipe I dan tipe II. Kista tipe I berlokasi dekat kanalis auditorius eksterna. Kista tipe II berhubungan dengan glandula submandibula atau ditemukan di anterior trigonum cervikalis.
Slide 7-

Kista celah brankial kedua Kista celah brankial kedua dilaporkan sebanyak 90% dari kelainan brankialis. Kebanyakan, kista ini di temukan sepanjang tepi anterior sepertiga atas muskulus sternokleidomastoideus. kista ini bisa terlihat dimanapun sepanjang saluran fistula brankialis kedua, yang berjalan dari kulit lateral leher, di antara arteri karotis eksterna dan interna, dan sampai tonsil palatine.
Slide 8-

Kista celah brankial ketiga dan keempat Kista celah brankial ketiga dan keempat jarang terjadi. Kista celah brankial ketiga terlihat di anterior muskulus sternokleidomastoideus dan lebih rendah dibandingkan kista celah brankial pertama dan kedua. Kista brankialis keempat memiliki manifestasi klinis yang sama dengan kista celah brankial ketiga. Kista brankialis ketiga dan keempat dapat dibedakan berdasarkan hubungan antara saluran terhadap nervus laringeus superior  hanya dapat dilakukan dengan eksplorasi pembedahan.
Slide 9-

Pemeriksaan Kista Brankialis Anamnesa : Berapa umur penderita? Apakah massa tumbuh dengan cepat? Apakah terdapat tanda-tanda infeksi atau peradangan? Dimanakah letak massa pada leher? Letak massa sebaiknya digambarkan secara teliti apakah massa tersebut terletak pada garis tengah atau lateral? Apakah massa kistik atau padat? Apakah terdapat tanda-tanda sumber infeksi atau keganasan di tempat lain pada kepala dan leher?
Slide 10-

Pemeriksaan Kista Brankialis Pemeriksaan Fisik : Seringkali kista brankial tidak menunjukkan gejala. Gejala umum tergantung pada ukuran dan perluasan anatomi dari massa, gejala lokal seperti disfagia, disfonia, dyspnea, dan stridor dapat terjadi. Umumnya muncul sebagai massa soliter, tanpa rasa sakit di leher seorang anak atau dewasa muda. Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi leher untuk melihat adanya benjolan  Benjolan ini kadang-kadang lebih jelas dilihat daripada diraba.
Slide 11-

Pemeriksaan Kista Brankialis Pemeriksaan Penunjang : Ultrasonografi membedakan lesi padat atau lesi kistik Angiografi berguna untuk menilai pembuluh darah, aliran darah spesifik dari massa, atau keadaan arteri karotis CT scan dan/atau MRI berguna dalam memberikan keterangan struktur maupun pembuluh darah pada massa dan menggambarkan hubungannya dengan struktur-struktur yang berdekatan. X-ray dengan menggunakan kontras untuk mengidentifikasi fistula.
Slide 12-

Penanganan Kista Brankialis Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan yang mencari diagnosis histologik (pemeriksaan langsung): (1) Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration/FNA) (2) Biopsi core, atau (3) biopsi terbuka (insisi biopsi).
Slide 13-

Penatalaksanaan dari kista brankiogenik berupa pengangkatan seluruh kista dan salurannya (pembedahan eksisi). Jika terdapat infeksi atau peradangan, sebaikya diobati dan dibiarkan sampai tenang sebelum dilakukan pengangkatan. Insisi dan drainase sebaiknya dihindari. Pembedahan eksisi dengan melakukan cervikotomi transversal dengan anastesi umum adalah pilihan pengobatan dengan prognosa yang baik. Selama operasi, identifikasi arteri karotis eksterna dan interna, nervus vagus, hipoglosus, glosofaringeal, laringeal superior  harus dihindari. Terapi
Slide 14-

Tahapan operasi Secara umum, langkah-langkah operasi eksisi kista brankialis adalah sebagai berikut: Pembiusan dengan general anaestesia. Posisi terlentang leher ekstensi. Desinfeksi lapangan operasi. Insisi horisontal sesuai garis lipatan kulit diatas kista. Insisi kulit diperdalam melewati m. platisma, dibuat flap ke kranial dan kaudal pada bidang sub platisma, ekpose yang luas lebih baik untuk memudahkan identifikasi dan preservasi nervus dan struktur vaskuler yang penting Kista dimobilisasi dari tepi anterior dan permukaan medial dari m. sternokleidomastoideus (hati-hati melukai n. asesorius). Sebelah medial kista dimobilisasi dari daerah carotid sheath.
Slide 15-

Tahapan operasi Pada saat diseksi bagian kranial kista, perhatikan apakah ada saluran yang mengarah ke kranial bila ada saluran diidentifikasi dan dilakukan diseksi lebih lanjut kearah kranial pada daerah bifurkasio a. karotis. N. hipoglosus diidentifikasi dan dipreservasi. Saluran diikuti sampai faring dan saluran diligasi didaerah submukosa, kemudian dipotong disebelah distalnya. Luka operasi diirigasi dengan PZ dan dicek ulang perdarahannya. Drain vaccum kecil dari silikon dipasang profundus dari m. platisma. Platisma didekatkan dengan jahitan benang yang bisa diserap dan kulit ditutup dengan benang nylon 4-0.
Slide 16-

Tahapan operasi
Slide 17-

Komplikasi Komplikasi dini paska bedah: Perdarahan  evaluasi dari drain, fungsi drain berjalan lancar. Infeksi luka operasi  Pemberian antibiotika sesuai peta kuman atau kultur kuman. Trauma pada saraf, termasuk nervus fasialis, nervus vagus, nervus glossofaringeus, nervus hipoglossus, nervus laringeus superior, nervus asesorius. Trauma arteri karotis. Komplikasi yang terjadinya lambat: Resiko kekambuhan kista.
Slide 18-

Perawatan Pasca Bedah Drain dilepas bila produksi < 10 ml/24 jam. Angkat jahitan pada hari ke-7
Slide 19-

Daftar Pustaka Panchbhai AS, Choudary MS. Branchial Cleft Cyst at an Unusual Location: A Rare Case with a Brief Review. Dentomaxillofacial Radiology Journal. 2012. 41, 696–702 Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997 Roezin A. Penatalaksanaan penyakit dan kelainan Telinga Hidung Tenggorok Edisi ketiga. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2003. Hong C H. Branchial Cleft Cyst. http://emedicine.medscape.com/article/1110351-overview Pearson BW. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1986. Branchial Cleft Cyst. http://catatandokterjal-penyakit.blogspot.com/2012/07/branchial-cleft-cyst.html Anggriani T N, Reksoprawiro S. Kista Celah Brankial Keempat Residif. Jurnal Bedah Kepala Leher Indonesia Volume 3. Juni-September 2013. Thomaidis V, Seretis K, Tamiolakis, et al. Branchial Cyst A Report of 4 Cases. Acta Dermatoven APA; 2006 Anniko M, Sprekelson MB, Bonkowsky V, et al. Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. European Manual of Medicine. 2006 Fagan J. Resecting Branchial Fistulae, Sinuses And Cyst. Open Access Atlas of Otolaryngology, Head and Neck Operative Surgery Budiman B J, Triola S. Kista Celah Brankial Kedua, Laporan Kasus. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RSUP. Dr. M. Djamil Padang Stell and Marran’s. Benign Neck Disease. In Head and Neck Surgery, 4th Edition; 2000
Slide 20-

TERIMA KASIH